Dengan menyebut nama
Allah yang maha pengasih dan penyayang.
Kini penulis akan
membagikan sedikit pengetahuan tentang tuduhan dari salah satu website
terkemuka isadanislam.com yang memiliki tujuan menyimpangkan, menggoyahkan, dan
mencapur adukan agama islam dan kristen. Penulis sendiri sangat prihatin akan
hal itu, namun karna hal ini sudah terlanjur, maka penulis akan menjelaskan dan
memaparkan kebenaran mengenai tema tulisan ini. Isadanislam.com telah
memaparkan beberapa tuduhan diantaranya.
- Tuhan hanya mengerti satu bahasa, karena sholat hanya menggunakan bahasa arab.
- Allah memiliki rumah di bumi, yang bisa di katakan Allah tidak berada dimana.
- Mengapa sholat menghadap kiblat, yang seolah menyembah bangunan kotak (ka’bah) dan hajar aswad.
- Mengapa Ibadah haji harus mencium hajar aswad.
Dengan ketidak tahuan
mereka tentu saja umat muslim di indonesia akan prihatin karena telah
memposting artikel yang dapat memunculkan salah faham.
1.
Mengapa
Sholat hanya dalam bahasa arab?
Sholat merupakan satu kewajiban umat
islam yang langsung diperintahkan Allah kepada Rassulullah SAW melalui kejadian
Isra dan Mi’raj. Dapat dikatakan bahwa dalil utama mengapa shalat harus
dikerjakan dengan menggunakan bahasa Arab, setelah mengetahui bahwa shalat
merupakan ibadah tauqifi (dikerjakan sesuai dengan bentuk yang ditetapkan Allah
Swt), adalah untuk menjaga dan memelihara shalat sepanjang perjalanan abad dan
masa tanpa adanya pengurangan dan penambahan. Dan apabila orang-orang
mengerjakan shalat dengan bahasa ibu dan bahasa daerahnya masing-masing maka
boleh jadi akan terjadi penambahan dan pengurangan lafaz, distorsi dan
tercampurnya dengan pelbagai khurafat dan masalah-masalah yang tak-berdasar
pada shalat.
Islam merupakan agama global dan
universal yang ingin menempatkan seluruh kaum Muslimin pada barisan dan jejeran
yang satu. Untuk membentuk masyarakat yang satu tidak mungkin dapat tercapai
tanpa bahasa yang satu yang menjadi media mereka untuk berkomunikasi dan saling
memahami. Dan bahasa Arab sesuai dengan pengakuan para ahli bahasa, merupakan
bahasa yang paling komplit dan menyeluruh dari bahasa-bahasa yang ada di dunia.
Bahasa Arab ini dapat menjadi satu bahasa internasional dan bahasa shalat
seluruh kaum Muslimin, formula wahdah (kesatuan) dan perlambang persatuan kaum
Muslimin; kaidah ini juga dapat dijumpai pada aturan-aturan Islam lainnya
seperti mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat.
Tuduhan Allah SWT hanya mengerti satu
bahasa tidak benar karena Allah tentunya memiliki tujuan mengapa shalat harus
dalam bahasa arab seperti yang sudah penulis paparkan di atas. Dalam firmanNya:
Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan
kepadamu, ”Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia.....”(QS : Al-Isra’,
60)
2.
Ka’bah
Sebagai Rumah Allah
Umat Islam mengakui bahwa Allah itu pada
satu titik yang bersamaan ada di mana-mana di setiap sudut, penjuru dimensi
dunia dan alam semesta ini. Itu betul! Namun “sepertinya” minimal lima kali
dalam sehari semalam Allah hanya berada di Mekkah dalam Kabah. Betulkah Allah
pencipta langit dan bumi beserta segala isinya mempunyai rumah atau bait di
dunia, khususnya di Mekkah? Mungkinkah Allah berada di Baithollah lima kali
sehari pada waktu-waktu khusus yaitu subuh, lohor, asyar, maghrib dan isya?
Begitulah kira- kira kutipan salah satu
artikel isadanislam.com. Umat islam yang mengerti dan memiliki pemahaman
mungkin akan tersenyum, mungkin ada pula yang kesal karena berani mempostkan
ketidak tahuan staff isadanislam.com.
Untuk menjawab tuduhan ini Allah telah
menjelaskan dan berfirman dalam Al-quran,
“(Yaitu)
Rabb Yang Maha Pemurah. Yang menetap tinggi di atas ‘Arsy .” (QS.
Thaha: 5).
Dan umat islam tentu saja harus meyakini
hal tersebut. Lantas mengapa Ka’bah disebut Baitullah atau rumah Allah? Sebutan
baitullah tentu saja tidak hanya untuk ka’bah, karena seluruh mesjid disebut
baitullah. Mengapa mesjid disebut baitullah? Karena masjid merupakan tempat untuk
mengagungkan dan memuliakan Allah.
Jadi sekali lagi, Allah menetap di atas
Arsy dan tidak pernah turun kebumi, Allah maha besar dan maha mengetahu, maha
melihat segala yang ada di langit dan di bumi termasuk segala aktifitas umat
manusia.
3.
Sholat
Menghadap Kiblat dan Hajar Aswad
Tuduhan dari web isadanislam.com dapat
di simpulkan sholat menghadap kiblat dan hajar aswad seolah umat islam
menyembah berhala yaitu bangunan ka’bah dan hajar aswad.
Memang umat islam sholat sehari 5x kali
menghadap kiblat, namun bukan berarti umat islam menyembah ka’bah. Sama halnya
seperti umat kristen beribadat menghadap salib bukan berarti menyembah salab.
Lantas ada pertanyaan, mengapa sholat menghadap kiblat? Jawabannya mudah saja,
karena itu perintah, dan mengapa harus kiblat tentu saja Allah yang lebih tau. Dalam
Al-quran Allah berfirman:
“Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya......”. (QS.Al-Baqarah :144)
Allah memiliki kelonggaran bagi umat
islam yang tidak mengetahui arah angin atau sedang dalam perjalanan dengan
boleh menghadap kemana saja.
“Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”
(QS. Al-Baqarah 115).
Ayat tersebut telah cukup membuktikan
bahwa umat islam tidak menyembah Ka’bah dan Hajar Aswad, karena dalam keadaan
tertentu Allah membolehkan menghadap kemana saja.
Dahulu pada masa Rasulullah SAW, para
shahabat naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengumandangkan azan (panggilan
shalat). Mereka melakukan itu lima kali sehari. Rasulullah tak pernah menegur
maupun melarangnya. Jika Ka’bah adalah Tuhan yang disembah oleh umat Islam,
mana mungkin para shahabat ketika itu berani menginjak-injak Tuhannya?
Tahun 930 sampai 951 hajar aswad pernah
hilang dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syi’ah golongan Ismailiyah Qarmathi. Apakah
dengan hilangnya batu itu lantas umat Islam lantas heboh dan tidak shalat lagi
karena hajar aswad sudah tidak ada ? Meski hajar aswad pernah hilang, namun
selama 21 tahun itu umat Islam tidak pernah libur shalat.
Seandainya umat Islam itu shalat
menyembah hajar aswad, maka selama 21 tahun itu mereka libur shalat. Tapi
nyatanya tidak. Umat Islam tetap shalat menghadap kiblat, baik dengan ada batu
ataupun tidak, karena esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan
menghadap dan menyembah batu.
4.
Mengapa
Ibadah haji harus mencium hajar aswad
Mencium Hajar Aswad adalah bagian dari
ibadah sebagaimana kita wuquf di ‘Arofah, bermalam di Muzdalifah dan thawaf
keliling baitullah (Ka’bah). Juga kita
mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya atau memberi isyarat padanya, itu semua
adalah bentuk ibadah pada Allah, bukan berarti menyembah batu tersebut.
Lebih dari itu, kita bisa beralasan
dengan apa yang dilakukan oleh Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhuu ketika
mencium Hajar Aswad. Ketika itu beliau mengatakan, “Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan
manfaat atau bahaya. Jika bukan karena aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menciummu, aku tentu tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari 1597 dan
Muslim 1270)
Ketika
thawaf dengan menunggang seekor unta, Rasulullah SAW pernah tidak mencium hajar
Aswad, melainkan menyentuhnya dengan tongkat beliau. (HR.
Bukhari juz 2 nomor 677).
Jika Nabi pada waktu hidupnya menyembah
hajar aswad, mana mungkin beliau berani menyentuh Tuhannya dengan sebuah
tongkat sambil duduk di atas unta ? Teladan Nabi ini membuktikan bahwa beliau
tidak menyembah hajar aswad. Jika Hajar Aswad adalah Tuhan, tidak mungkin
Rasulullah berani dengan lancangnya menyentuh hanya dengan tongkat bukan dengan
tangan atau menghormatinya sedemikian rupa, apa Rasulullah tidak takut kualat ?
Tentu saja tidak karena Hajar Aswat bukanlah apa-apa.
Katakanlah,
“Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan; TIDAK PULA ADA SEORANG PUN YANG SETARA DENGAN-NYA.” (QS al-Ikhlas:
1-4).
“Dia
(Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi
maupun semua segi), dan TIDAK ADA SESUATUPUN
YANG MENYERUPAI-NYA”.
(Q.S.
As-Syura: 11)
Wallahu
A’alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar